Sukses Dunia dengan Orientasi Akhirat

Sukses Dunia dengan Orientasi Akhirat

Bekerja adalah salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh kepala keluarga untuk menafkahi seluruh keluarganya. Allah berfirman dalam Q. S Al-Jumu’ah (62:10) bahwa “Apabila telah ditunaikan Shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan cari lah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.”

Sudah dapat diketahui bahwa pekerjaan di dunia ini banyak sekali jenisnya. Mulai dari pekerja kantoran hingga berwirausaha atau berdagang. Nah, profesi sebagai pedagang adalah salah satu profesi tertua di dunia. Bahkan, Mekah, yang merupakan pusat keislaman sejak jaman dahulu pun tidak lain merupakan pusat bisnis internasional, lho.

Coba yuk kita mengintip sebentar sebuah rahasia dibalik kesuksesan Abdurrahma bin Auf, salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang pandai dalam berdagang. Ia selalu berdagang dengan hati yang tulus serta tak pernah berniat untuk berdagang hanya demi memuaskan hawa nafsu dengan hanya sekedar mencari untung yang sebesar-besarnya. Padahal, pada masa itu, pedangang-pedagang yang lain mentargetkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali pernah diriwayatkan bahwa Abdurrahman pernah membocorkan rahasia kesuksesannya sendiri. Disaat beliau ditanya, “Apa sebab kemudahanmu dalan berdagang?” Ia menjawab, “Ada tiga hal. Pertama, aku tidak pernah menolak tawaran untung, meskipun sedikit, Kedua, aku tidak pernah menunda-nunda satu pesanan hewan pun. Ketiga, aku tidak menjual dengan cara riba.”

Selain itu, ada satu kunci kesuksesan Abdurrahman bin Auf yang berbeda dengan pedagang yang lain. Ia berdagang dengan akhirat sebagai orientasi utama. Ia yakin bahwa segala urusan di dunia hanyalah sementara, berbeda dengan akhirat yang kekal abadi. Ia berharap bahwa kegiatan berdagangnya itu tidak membuat dirinya terlena dengan kegiatan duniawi. Kegiatan berdagangnya itu disadari sepenuhnya untuk mendapatkan kekayaan sebagai sarana untuk memberikan yang terbaik bagi agamanya.

Tidak hanya itu, Beliau pun tidak pernah menunjukkan sikap tamak terhadap hasil perniagaannya. Sebab beliau hanya ingin berusaha dalam meraih ridha Allah melalui perdagangannya, sehingga beliau tidak mengerjakan suatu hal yang belum dipertimbangkan secara syar’i dan tidak akan melanggar apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-nya. Dengan begitu, ridha Allah yang telah dicapainya akan menanamkan modal di kehidupan akhiratnya nanti.

Jadi, pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa jika kita brorientasi pada kehidupan akhirat, maka meraih kesuksesan dunia hanyalah sebagai sarana mencapai tujuan utama. Apapun pekerjaannya, jika diberi ridha oleh Allah SWT maka insya Allah akan mendatangkan berkah. 

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *